Jalan hidupku
Bandung
Pernah ga kalian denger seorang anak yang benci keluarga besarnya. Ya... itu aku. Aku benci keluarga besarku entah kenapa yang mereka fikirin tanpa mereka nanya dengan gampangnya mereka menarik kesimpulan, hmm
Tau ga kalian apa yang aku rasain pedih banget disini, di lubuk hati aku yang paling dalam kerasa kayak luka yang belum kering terus kesiram air perih bangettttttt.
Bukannya seorang keluarga seharusnya melindungi? Hmm berbeda dengan keluarga besarku yang malah percaya dengan omongan sang bigos. Hufh
Awal mula dari aku sama sahabatku yang iseng pulang di atas jam 10.00pm malem, hah minggu - minggu kemarin dimana kejadian itu terjadi dengan saksi bisu antara bulan dan bintang. Hahaha kami hanya sekumpulan remaja yang tergila – gila pada sebuah game yang membuat kami lupa pada semua hal termasuk waktu. awalnya orangtuaku tidak percaya hanya waktu telah memberi tahu yang ku lakukan tak lebih dari itu namun berbeda dengan keluarga besarku mereka berfikir bahwa aku menjadi wanita nakal yang sedang bermain untuk melakukan hal – hal yang tidak wajar tapi aku hanya tertawa mendengar itu karna tak pernah ada satu fikiran pun untuk aku berbuat seperti itu sebelum berbuat aku pasti akan berfikir panjang apa gunanya aku melakukan itu walaupun sebenarnya main game tak ada gunanyakan tetapi untukku dan sahabatku game ada gunanya yaitu penghilang sters atau penghibur sementara semua penat dalam hati akan menghilang seketika.hahah
Berubah setelah minggu – minggu kelam aku harus berpura – pura tuli untuk tidak mendengar cancian – cacian mereka aku tidak peduli mereka berbicara apa tentang diriku akan tetapi yang membuat aku tidak bisa diam adalah mereka menghina keluargaku, sakit rasanya, rasa bersalah pada diriku selalu menghantui yang telah aku lakukan itu ternyata telah membuat keluargaku terluka aku hanya bisa diam dan menagis di dalam kamar berfikir apa yang telah aku lakukan hingga keluargaku harus mendapat cacian dan mendapat hinaan mereka hanya tersenyum padaku tapi aku tau sebenarnya mereka terluka, sebernarnya hati mereka sedang menangis apa yang aku lakukan itu hal yang bodoh hanya untuk hiburan semata aku melakukan hal yang fatal.
Andai aku bisa meminta, tuhan bisakah aku memohon untuk cobaan ini hanya aku yang menaggung jangan kau bawa keluargaku, aku ga mau liat mereka nagis gara – gara aku, aku ga mau liat mereka nerima cacian atau hinaan tuhan. Aku rela walau harus menjadi pribadi yang menutup diri dari keluarga besarku asalkan tidak menyangkut pautkan dengan keluargaku tuhan, yang aku ingin mereka harus tersenyum seperti sediakala agar hati ini bisa tenang.
Aku hanya ingin kalian tau bila kalian merasakan hal yang sama denganku, cobalah menjadi orang tuli dan bersabar menunngu keajaiban datang untuk mengakhiri semua ini. Selalu tersenyum pandang hal kedepan agar semuanya menghilang.